Digantung, YGAB Rencana Lapor Polisi Nasib 212 Anak Amungme Terlantar Biaya Pendidikan YPMAK

Menuel John Magal Direktur YGAB(Foto:Rayar)

TIMIKA| Polemik keterlambatan pembiayaan pendidikan sebanyak 212 anak di bawah naungan Yayasan Generasi Amungme Bangkit (YGAB) ternyata masih berlarut-larut.

Padahal sebelumnya Manajemen PT Freeport Indonesia sudah menggelar pertemuan penyelesaian masalah ini, yaitu antara YGAB dan YPMAK, pada 9 Mei 2024 di Rimba Papua Hotel.

Direktur YGAB, Menuel John Magal mengatakan, waktu itu disepakati bahwa komitmen penyelesaian keterlambatan pendanaan akan rampung diselesaikan dalam 3 hari. Ternyata sudah 20 hari dana pendidikan untuk program YGAB tidak kunjung dicairkan.

Terkait masalah ini, John Magal menegaskan pihaknya akan membuat Laporan Polisi terkait penelantaran anak-anak asli Amungme – Mimika itu.

“Kalau sampai hari Kamis tidak ada kemajuan, maka akan saya laporkan ke Polres Mimika. Mereka bilang waktu itu masalah akan selesai dalam 2 sampai 3 hari. Tapi ternyata sampai hari ini masih ngalor-ngidul,” ujarnya Selasa 28 Mei 2024.

Menurutnya, progres pelunasan pendanaan yang terlambat oleh YPMAK itu, berjalan di tempat alias tidak ada realisasi. Oleh karenanya pihaknya akan kembali ke rencana awal, yaitu memulangkan anak-anak asli Amungme itu kepada orang tuanya.

Sementara para orang tua anak berencana akan membawa 212 anak yang dipulangkan itu ke pihak Manajemen Freeport untuk mendapat perhatian langsung.

“Tidak ada perubahan, tidak ada informasi yang pasti dari YPMAK. Anak-anak akan kembali ke rencana awal (dipulangkan ke orang tua). Dan saya akan adukan masalah ini ke Polres Mimika. Mereka menangani pendidikan anak-anak ini seperti bukan hal emergency, mereka mengabaikan kemanusiaan,” sebut Magal.

Ia menyayangkan YPMAK tidak sejalan dengan itikad baik yang ditunjukkan Manajemen Freeport, yang menginginkan hal ini segera diselesaikan karena menyangkut kehidupan generasi emas penerus Amungme. Namun justru malah tidak selesai-selesai masalahnya.

“Saya sudah sampaikan keluhan pelanggaran kontrak PKS, masalah keuangan. Justru Pak Claus menanggapi positif, masalah ini harus diselesaikan,” ungkapnya.

John Magal mengaku sudah secara aktif menjalin komunikasi dengan organ yayasan untuk mengawal progress penyelesaian pelunasan pendanaan yang terlambat ini, namun jawaban yang diterimanya seakan-akan kurang simpati dan empati.

“Anehnya, kok dibiarkan masalah ini berlarut? Saya sendiri tidak paham. Aneh bin ajaib. Hati nuraninya di mana? Kalau seandainya anak-anak asrama Joronep yang ada ini ditukar posisi dengan anak-anak mereka, bagaimana nurani mereka?” sindirnya.

Menurutnya anak-anak baik di Asrama Joronep maupun di Taman Baca dan Belajar Joronep adalah pemilik Gunung Nemangkawi yang merupakan objek utama aktifitas tambang emas Freeport.

Ironisnya, orang-orang yang bekerja di tambang raksasa dunia itu bisa makmur sementara pemilik Gunung Nemangkawi justru melarat dan kelaparan.

“Lebih baik pihak ketiga yang periksa siapa yang benar, siapa yang salah. Polisi harus periksa masalah ini,” tandasnya. (Tim)

You cannot copy content of this page